Dikisahkan seorang Kanjeng kecil seorang penulis Kiblat Hati yang kini menjadi inspirasi banyak orang, karena tulisan-tulisannya yang sangat ringan dan berpower menyingkap samudra jiwa manusia.
Beliau ketika kecil adalah penakut, sangat terobsesi untuk membuka setia hati.
Dua hari sebelum datang pengesahan untuknya, dia sudah berdebar-debar mempersiapkan dirinya yang dia tahu karena pengesahan berarti akan jadi orang sakti.
"mulai besok tidak ada lagi yang berani dengan saya, sudah datang pendekar sakti" gumam dalam hatinya.
Tibalah hari dimana dia akan diangkat sebagai pendekar baru yang akan masuk dibarisan Terate. Dengan mohon restu ibunya dan tetangganya dia pamit untuk memenuhi panggilan kependekaranyan itu. Dengan rambut gundulnya pria yang juga dikenal lawakannya itu,
bersholawat sepanjang perjalanannya.
"Ya Allah saktikan Aku, aku datang untukMu" dihatinya hanya ada itu disepanjang perjalananya.
Tibalah dia menjadi seorang pendekar, dengan baju khasnya setiap dia keluar hanya ingin menujukan dia adalah pendekar sakti. Dalam hatinya hanya akan menjajal ilmu barunya.
Beberapa bulan waktu berjalan, ketika itu dia sedang jalan dengan temannya dan dipalak preman.
Dia bukannya sakti, tapi mengigil ketakutan.
Semenjak itu dia mengalami kebingungan dengan ilmunya. Ternyata saya tidak sakti, kebingungan dirinya pun dipendam demi kewibawaan sebagai seorang pendekar.
Sampai tiba dimana dia mengadu pada sesepuh sesepuhnya, dia datang dan bertanya :
Mbah, apa sebenarnya Setia Hati itu??" tanya Kanjeng pada eangnya.
Kamu belum saatnya dik, belajarlah prihatin" jawab eang.
Dua tahun Kanjeng ahkirnya mulai terpanggil untuk spiritual. Melek, meneng, mplaku... bekal dari nasehat pelatihnya waktu jadi siswa.
Dan ahkirnya kembalilah dia menemui eangnya,
Mbah, saya sudah prihatin. Sudah saatnya saya dibuka Setia Hati. "kata kanjeng menemui eangnya.
Laku prihatinmu apa dik? tanya eangnya.
Melek, meneng, mpalku mbah. Sampai hanya tinggal tulang badan saya karena prihatin mbah, berat saya dulu 60 sekarang hanya tinggal 43 kg". jawab Kanjeng
Prihatin itu gak enak ya dik, nyikso rogo (menyiksa badan) !!! "ujar eangnya.
"benar mbah, benar sekali itu?!!" saut kanjeng....
Berarti kamu belum prihatin itu, perihatin itu perihing batin itu akan membuka lapangnya dada. Buka merasa disiksa".
Belum saatnya kamu membuka itu dik, Ilmu ini sangat tinggi umurmu harus 40 th dulu." ujar eangnya.
Pupus sudah harapan dia, dia mulai putus asa.
Ditaruhlah baju skralnya dilemari. Karena umur dia waktu itu masih 21 th. Setiap malam dia keluar rumah melihat alam dan merenung.
Tahun 2008 dia mulai bekerja disuatu perusahan Jakarta, yang didalamnya penuh dengan warga Terate. Sampai pada ahkirnya dia akrab dengan dua orang sesepuh disana.
Mereka sangat akrab, seperti sahabat.
Jadi warga kamu sudah bisa apa? tanya sesepuh ke kanjeng.
Bisa terbang mbah, bisa sakti!! jawab asal Kanjeng saking stresnya bertahun tahun tidak ketemu Setia Hati
Saya diajari?!! guyon sesepuhnya.
belum saatnya mbah butuh melek, meneng, mplaku. Setelah itu butuh kosentrasi agar berat badan tetap naik ketika prihatin agar berhasil!! guyon Kanjeng pula.
Kalau terbang apa tidak keberatan muatan nanti dik? tanya eang.
Pokoknya belum saatnya mbah, ilmu ini sangat tinggi soalnya.
"Ha,.,ha...hahaha...". Tawa mereka berdua.
Boleh saya tanya mbah? kenapa jika Setia Hati itu adalah agar manusia berbudi luhur tahu kebaikan dan mampu menjauhi kesalahan, dipelajari lalu di jawab "belum saatnya". Berarti kita sudah salah, secara tidak langsung kita menunda untuk orang berbuat dan menemukan sumber kebaikan. Secara tidak langsung membiarkan menikmati keburukan saat ini, jauh dari ketinggian budi pekerti? tanya Kanjeng dengan serius.
Sambil senyum sesepuh itu berkata "kamu datang kerumah saja".
Datanglah Kanjeng kerumah sesepunya itu yang seperti sahabatnya sendiri.
Sambil guyon Kanjeng menanyakan. "Bagaimana mbah dengan pertanyaanku yang sangat tinggi tadi siang mbah ?"
tertawalah mereka berdua.
Ya memang belum saatnya, bukan berarti melarang kebaikan. Takut disalah gunakan dalam berjalan" sesepuh mewejang Kanjeng.
Sebentar mbah, justru karena saya itu takut hidup saya salah jalan, saya mencari penerang??!! Setia Hati itu kan penerang jalan.
"ya orang tua takut orang-orang sombong dengan ilmu ini". sesepuh berkata.
Saya juga takut saya itu sombong mbah, agar tidak sombong saya harus mencari penawarnya yaitu Setia Hati" kata Kanjeng.
"Tidak hanya itu saja, Ketika ini dibuka. Orang mencari jati diri nanti malah lupa diri". Kata eang.
Justru karena saya itu lupa akan diri sejati saya mbah, saya datang untuk mencari ilmu pengetahuan siapa diri saya yang sebenarnya!!! jawab Kanjeng.
Kamu kok tahu kalau kamu lupa akan dirimu yang sebenarnya? tanya eang..
lha itu dia mbah, saya juga bingung. Awal saya masuk dilatihan, saya itu dengan diri yang waras, sadar, sehat. Waktu keSHan, saya disuruh mencari Jati diri saya. Sayapun waktu jadi siswa ya bingung mbah, memang saya itu lagi lupa diri apa?!!,tanya dalam hati saya sendiri.
haha...ha..ha...!! tawa mereka yang sangat riuh dan hangat.
Kamu sebenarnya sudah tahu apa itu Setia Hati" kata eang sambil melanjutkan perbincangan itu.
Kalau sudah tahu kenapa saya tidak Sakti Mbah? tanya Kanjeng yang langsung ditertawakan eangnya.
BERSAMBUNG........
==========================================
Bersambung di Stap ke 2, dalam pertemuan ini Kanjeng mendapat mutiara olah rasanya dibawah ini.....
Setia Hati itu bukan kesaktian, bukan juga perklenikan, bukan kekuatan cakra dan kehadiran memasukan qodam yang hanya membuat jiwa itu terhalangi, menjadikan Allah adalah tuhan sepenuhnya. Semua itu menghalangi ketauhidan tuhan yang mampu membuat jiwa membumbung tinggi dalam kawasan Sang Pencipta untuk menerima karunia YAKIN.
Setia Hati itu tentang kebeningan hatimu sendiri.
Tidak ada orang yang suci memang didunia ini, tapi jangan jauhi kesucian agar hatimu bening.
Apa lagi menunda mendekati Allah karena malu masih berlumur dosa,
Justru dengan mendekat kepada Allah lah satu-satunya jalan pensucian diri itu berada.
Kita tidak tahu kapan, kita meninggalkan tubuh ini.
Menutup buku kehidupan dimensi bumi kita.
Menempuh jalan pulang, mendekap kembali Sang Tuhan.
...............
Mensucikan diri, menyerahkan hati adalah
Belajar mati sebelum Mati.
Membaca alam dengan tafakur, adalah penerawangan ketenangan ruhani yang menyelami keluasa tuhan.
Menjadikan Alam Semesta universitas ruhanimu,menerima pengajaran tuhan lewat pemghambaan.
Alam semsta adalah meja pendidikan batin, mengadakan perguruan dengan Laku jiwa.
Berguru Kepada Sang Maha Guru.
Yang bersemayam didalam dirimu sebagai juru kunci penyingkap Sang Mutiara Bertahta.
Mengapai cara Sang Guru menyaktikan hamba dengan budi pekertinya.
..................
Bergetarlah pendekar, kamu diutus kebumi dari tempat yang tinggi. Malaikat, gunung, bumi dan langitpun ditundukan tuhan untuk menyambut kepemimpinanmu, karena engkau mahluk pilihanNya yang dipercaya mengendalikan dan menyeimbangkan bumi.
Mebar kemanusiawianmu seluas langit tak bertepi.
Sudah tahukah kalian, Cahaya yang paling terang dibumi setelah matahari?. dia adalah SANG NURANI
==================================
Petikan diatas adalah hasil kemurahan hati saudara kita yang semoga bisa menginspirasi jiwa kita.
Ikuti stap demi stap Jalan Spiritual Pendekar Yang Menjadikan Alam Sebagai Universitas Pendidikan Ruhani menerima Pengajaran Tuhan hanya di www.pshtmedia.com yang akan terbit setiap jam 22.00 wib.
Jadikan situs ini sebagai langganan pencerahanmu. Dan download aplikasinya.
#Admin artike
kata kunci : PSHT, SH, 1922, SETIA HATI, KIBLAT HATI, KANJENG BAGUS, PSHT MEDIA.
MARI GETARKAN DUNIA DENGAN MEREKAHNYA TERATE YG PENUH CINTA KASIH MURNI