Membongkar Pandangan Salah Kaprah Setia Hati

Sudah lama saya geram dengan doktrin masyarakat ilmu Setia Hati itu hanya untuk orang-orang khusus, oran-orang dulu, terlebih lagi dijaman moderen ini tidak akan ada yang bisa. Karena kita harus menyepi dari keramaian. Begitulah presepsi orang-orang.
Kadang saya merasa sedih, sebagai orang yang keluar disebuah wadah yang khusus fokus dengan Setia Hati malah kita kalah dengan pengetahuan dengan orang diluar wadah ini. Menjadi pandangannya yang memalukan jika PSHT harus menemukan ilmu yang digelutinya mencari orang diluar kita. Kadang saya merasa lelah, buat apa kita belajar jika harus belajar diluar.
Terlebih melihat jaman ini sepertinya membalikan saraf waras manusia, jika ada orang bicara tentang tuhan dianggap sok tinggi, Sok suci. Sementara jika sifat ugal-ugalan malah di bangga-banggakan,dibiarkan.

Kadang saya ingin menggugat jaman.
Saya ingin marah dengan waktu, orang benar disingkirkan. Yang salah di lestarikan.
Mereka tidak sadar mempengaruhi kaidah fitrah yang harus dicari manusia, perlahan terbenam oleh cara pandangnya.
Jika diatas bumi ini ilmu keruhanian hanya tinggal pengetahuan, pencerahan tinggal cerita, dipendam dengan hujatan. Akan di jadikan apa bumi ini.
Apakah dibiarkan dengan konsep kekerasan, keegoisan dan hukum rimba. Sementara kita lahir sebagai manusia yang lupa akan mutiara jiwanya, kita lahir dengan kesadaran didalam ketidak sadaran, sadar kita manusia tapi kehilangan wujud kemanusiaanya. Dan harus kerja keras kembali mencari dengan laku keruhanian.
Tidak sadarkah mereka penghujat laku ruhani secara tidak langsung memendam perlahan pusaka bumi yang makmur, damai, tentram dan gemah ripalh loh jinawi.
Ilmu hati bukanlah ilmu taraf pendidikan formal, yang ada sekat, tingkatan atau kelas.
Ilmu keruhanian tidak bisa diukur dengan akal. Karena keruhanian itu mengalirnya perjalanan kesadaran batin manusia dari kelupaan kembali pada kesadaran sipiritualnya semula.
Keruhanian adalah perjalanan kesadaran ruhani, bukan pendidikan formal otak manusia.
Ilmu ini ada dalam setiap manusia, hak semua hamba.
siapapun bisa, tidak mendang status, kelas dan pangkat.

Karena ini berhubungan dengan hati bukan tahta.
Sementara hukum keruhanian tidak terikat ruang dan waktu,
Tidak didalam juga diluar, tidak berwarna dan berbentuk tapi ada.
Tidak terikat akal dan logika, justru dia diatas sebagai pengalir kesadaran logika agar akal mereka mempekerjakan tubuhnya dengan kecerdasan manusiawinya.
Dan bertemunya manusia dengan kesadaran sipirtualnya, sebagai mahluk ruhani. Yang disebut kesejatian diri bukanlah puncak keruhanian, tapi star awal perjalanan sebagai titah tuhan untuk memimpin bumi dengan wujud kemanusiwiannya.
Perjalanan kita masih panjang.
Jika keruhanian tinggal kitab, tanpa mutiara hikmah. Kita gagal memproduksi kesadaraan perasaan spirtual , akan hanya tinggal kecerdas otak akan pengetahuan keruhanian.
Saya yakin keadaan otak tinggi tapi akan mati hati. Dan rusaklah tatanan kesakralan keruhanian dibumi ini.

Keruhaian akan jadi hal yang membosankan dan melelahkan serta dianggap syair.
Tidak dipungkiri manusia akan merasa berSetia Hati sekedar pengetahuan otaknya saja tapi kesadaran budinya mati. Akan penuh bumi ini dengan Pendekar JARKONI (biso ngajar ora biso nglakoni).
Orang akan terjebak dalam penindasan perkembangan jaman, gagal memimpin jaman.
Selain itu, jika ilmu ini hanya untuk orang-orang dulu karena tinggi, dan sulit orang dijaman moderen ini melakoninya.
Apakah kitab-kitab suci wahyu tuhan dalam agama hanya untuk orang pendahulu?
Apakah tidak bisa dipakai di jaman moderen ini?
Jika memang demikian, berarti bukanlah kitab suci jika tidak bisa dipegang sebagai pedoman setiap jaman.
Karena kitab suci adalah peta petunjuk, menemuka apa Setia Hati itu.
Kecrobohan cara pandang ini entah berawal dari mana, yang merupakan cara pandang spiritual dengan otak. Jelas tidak akan sampai jika spiritual diukur dengan otak, otak kita akan rusak meleleh.
Karena otak hanya berfungsi pada hukum keilmiyahan, bukan spiritual.
Sudah lama kita dilemahkan spiritual kita ternyata oleh konsep pikiran kita sendiri.
Yang menganggap ilmu terlalu tinggi dan sulit.
"Bukan spiritual Setia Hati yang sulit, tapi nafsu dan pikiran kita sendiri yang mempersulit"
Otak kita butuh ilmu spiritual agar bekerja dengan baik, bukan otak yang menghasilkan ilmu spirtual.
Otak atau pikiran adalah hamparan luas yang terbaras, tidak bisa menjangkau sifat keruhanian manusia.

Seperti hanya dalam proses tidur manusia, wujud keadaan berspiritual sejenak manusia. Karena tidur merupakan mati sementara. Ruh mereka kembali dan digenggam untuk sementara oleh Tuhan.
Jika orang akan tidur, lalu memikirkan tidurnya. Orang tidak akan tertidur.
Begitulah spiritual, jika spiritual diukur dengan pikiran. Orang tidak akan jadi berjalan spiritualnya, adanya hanya persepsi bahwa berspiritual itu sulit, hal yang terlalu tinggi, sok suci dsb.
Kapankah kita mulai merendahkan hati, hening cipta menyambut tuhan kita utuh yang dahsyat.
Hening cipta...,.adalah aktifitas dimana manusia memasuki kesadaran batinnya yang tenang datang kepada tuhan.
kesadaran spirirtual itu kosong, tapi kekosongan bukalah kesadaran. tapi kosong yang didalamnya mengalir  kesadaran jiwa yang tenang.
Tidak lagi mengukur tuhan dengan pikiran, yang hanya berujung, dengan pikiran bertuhan tapi hati berlari membuat  tandinganNya.
Pikiran percaya tapi hati tidak menuhankanNya.
Pikiran tahu akan ketuhanan, tapi hati sulit merasakan keberadaanNya.
Pikiran menganggap sulit mengenal tuhan.
Padahal tuhan tidak mempersulit untuk dikenal.
SETIA HATI ITU MUDAH BAGI YANG YAKIN ADANYA TUHAN, AKAN SULIT BAGI PARA HAMBA YANG MENGUKUR TUHAN DENGAN ILMU KECERDASAN PIKIRANNYA.
===========================================
Kiblat Hati 09
UNTUK TERHUBUNG DENGAN ADMIN ARTIKEL III  KE SH AN, PELANGGAN DAPAT MENGHUBUNGI ADMIN KAMI DI KONTAK BB 750E94D1


DOWNLOAD APLIKASI PSHT DI SINI

1 comment: